Adopsi Difusi dan Inovasi

INOVASI

Simamora (2003) menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, praktek, atau produk yang dianggap baru oleh individu atau grup yang relevan. Sedangkan Kottler (2003) mengartikan inovasi sebagai barang, jasa, ide yang dianggap baru oleh seseorang. Faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi adalah memiliki kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada dalam masyarakat penerima (adopter) tersebut. Jadi inovasi yang ditawarkan tersebut hendaknya inovasi yang tepat guna.

DIFUSI

   Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. 
Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: 
(1)  Penemuan (invention) 
(2)  Difusi (diffusion) 
(3) Konsekuensi (consequences). 

   Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi. Keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif. 

ADOPSI INOVASI

   Inovasi adalah suatu gagasan, metode atau obyek yang dianggap baru. Adopsi adalah suatu keputusan untuk menerapkan suatu inovasi dan untuk keberlanjutannnya. Adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psycomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi (Rogers and Shoemaker, 1971).
  Rogers (1983) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana seseorang/individu berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan inovasi. Hal tersebut menegaskan proses terjadinya adopsi inovasi berbeda-beda, ada inovasi yang diadopsi dengan cepat atau sebaliknya (Chin, 1993). Petani tidak berfikir adopsi atau non-adopsi sebagaimana dilakukan ilmuwan dan akademisi, tetapi mereka cenderung lebih selektif dalam menerapkan adopsi inovasi sesuai keadaan yang cenderung mengalami perubahan (Rhoades, 1989).
   Pada awalnya Rogers menerangkan bahwa dalam upaya perubahan seseorang untuk mengadopsi suatu perilaku yang baru, terjadi berbagai tahapan pada seseorang tersebut, yaitu: 

1.     1.  Tahap Awareness (Kesadaran)
         Tahap seseorang tahu dan sadar ada terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran  terhadap hal tersebut.
2.    2.   Tahap Interest (Keinginan), 
           Tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.
3.    3. Tahap Evaluation (Evaluasi) 
          Tahap seseorang membuat putusan apakah ia menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasi.
4.  4.  Tahap Trial (Mencoba)
          tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
5.   5   Tahap Adoption (Adopsi)
          tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut

DIFUSI INOVASI

    Difusi inovasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran komunikasi tertentu, pada suatu kurun waktu tertentu, kepada anggota suatu sistem sosial. Dapat dikatakan juga bahwa difusi inovasi merupakan suatu bentuk komunikasi yang berhubungan  dengan suatu pemikiran baru. Difusi inovasi dapat pula dikatakan sebagai salah satu bentuk "serubahan sosial", di mana terjadi suatu perubahan dari suatu sistem sosial dengan adanya difusi inovasi ini.
    Sebagai akibat dari adanya difusi inovasi, maka suatu inovasi dapat diadopsi atau pun ditolak keberadaanya oleh anggota sistem sosial yang merupakan pengguna potensial dari inovasi tersebut. Adopsi terjadi apabila terdapat suatu proses pengambilan keputusan sehingga inovasi dinilai sebagai pilihan yang paling baik untuk dilaksanakan.
    Dalam hal ini Pratt dan Rogers (1986) menyatakan bahwa sedikitnya terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi adopsi: pertumbuhan penduduk tingkat kesejahteraan masyarakat, dan ukuran organisasi di mana adopter potensial berada. Dapat saja terjadi bahwa pada awalnya inonasi diadopsi; beberapa waktu kemudian inovasi tidak lagi diterima keberadaannya. Hal tersebut dapat terjadi karena pengguna tidak puas terhadap hasil yang diperoleh setelah mengadopsi inovasi, atau telah muncul suatu inovasi lain yang dinilai lebih baik. Dalam keadaanseperti ini, dapat dikatakan bahwa inovasi mengalami suatu proses "putus adopsi" (discontinuance.)

Menurut Rogers 1995 dalam Sciffman dan Kanuk (2010), bahwa proses difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.  Berikut merupakan elemen difusi inovasi:

1.      Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya.
2.      Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
3.      Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan seseorang relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4.      Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.


DAFTAR PUSTAKA

Asnamawati, Lina. 2015. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi Dalam Pemanfaatam Mesin Tanam Padi Indojarwo Transplanter di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi  Bengkulu. Universitas Terbuka-UPBJJ Bengkulu 2015. http://repository.ut.ac.id diakses pada: 6/3/2018
Romli, Khomsahrial. 2017. Komunikasi Massa. Penerbit: Gramedia Widiasarana.
Supriadi, Agus, A., Darwin, M., Rijanta, Pertiwiningrum, A. 2017. Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Studi Kasus: Desa Argorejo dan Argosari Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul Provinsi D.I Yogyakarta. Buletin Peternakan Vol. 41 (3): 338-348.
Taryoto, A. H. 1996. Telaah Teoritik dan Empirik Difusi Inovasi Pertanian. FAE. Vol. 14 No. 1, Juli 1996. https://media.neliti.com/ diakses pada: 6/3/2018


Komentar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tinjauan Pustaka Pembenihan Udang Vannamei

Pembahasan Pembenihan Udang Vannamei